TONO TARSONO - SEKRETARIS JENDERAL KTSI

Wilujeng Sumping diBlog Tono Tarsono "Kisukwan" Sekretaris Jenderal Komunitas Tenaga Sukwan Indonesia (KTSI)

Jumat, 12 Juni 2009

Profesionalkah Anda?

Cara Menjadi Profesional

Dalam menjual dimana hasil dari pelaksanaan hanya dapat dicapai dengan pelaksanaan tingkat tinggi yang berulang-ulang, profesionalisme adalah hal penting yang utama. Anda tidak menjadi seorang profesional hanya karena Anda memiliki gelar atau hanya karena seseorang memberi Anda gelar khusus. Hal-hal yang Anda lakukan pada hari ini lah yang akan membuat Anda menjadi seorang profesional pada hari ini. Anda adalah seorang profesional manakala Anda bertindak sebagai seorang profesional dan Anda berhenti menjadi seorang profesional ketika Anda berhenti bertindak seperti seorang profesional.

Bidang apa pun yang mereka miliki, entah itu olahraga, pengobatan, pemasangan pipa, atau seni peran , para profesional bertindak secara sempurna. Sering kali, mereka muncul untuk bertindak tanpa usaha, tetapi mereka mendemontrasikan suatu keahlian yang patut membuat iri. Para profesional bertindak pada tingkat kesempurnaan yang jarang dicapai oleh orang lain dan sering melakukan berbagai hal yang menurut orang lain tidak dapat dilakukan. Walaupun mereka tidak meneriakkannya, para profesional kelihatannya mengikuti peraturan klasik, “Jika hal itu patut untuk dilakukan, maka hal itu patut dilakukan dengan baik.” Para profesional memberi perhatian penuh pada apa yang perlu mereka capai dalam setiap momen. Mereka tidak melakukan sesuatu yang perlu dilakukan dengan setengah jalan, dan mereka tidak menunda pekerjaan yang harus dilakukan sekarang.

Para profesional mengetahui lebih banyak tentang apa yang mereka lakukan daripada orang lain. Bandingkan perbedaan antara apa yang diketahui dokter tentang kesehatan saya. Gelar akademik bukanlah hal penting, namun yang penting adalah “apa yang diketahui”. “Apa yang diketahui” berhubungan dengan pemahaman yang mendetail tentang semua nuansa subjek.

Para profesional juga terlihat mengarahkan usaha yang tidak henti untuk belajar lebih banyak dan berlatih lebih banyak untuk menjadi lebih baik dalam apa yang mereka lakukan. Ketika para profesional berkaca, alih-alih mengatakan, “Kau hebat,” mereka berkata, “Kau dapat menjadi lebih baik.” Para profesional selalu mencoba mengadakan peningkatan dan selalu melakukan tindakan yang sama, baik secara verbal atau fisik, untuk mencapai kesempurnaan.

Anda akan menjadi seorang profesional dan mengalahkan pesaing dan bahkan rekan penjual jika Anda melakukan hal-hal berikut:

* Memahami produk Anda dan produk pesaing Anda: Pelajari produk, perusahaan, pasar, produk pesaing dan pelanggan Anda. Kumpulkan sendiri semua informasi itu. Jadikan diri Anda unggul dengan menjadi seorang ahli.

* Tetapkan tujuan dan susunlah rencana untuk mencapainya: Susunlah daftar prioritas dan berikan peringkat menurut berapa banyak semua itu berkontribusi pada penjualan sukses Anda. Tetapkan prioritas Anda secara tegas dan habiskan waktu Anda pada hal-hal penting.

* Berlatihlah sampai sempurna dan selalu cobalah melakukan peningkatan. Ketika seorang aktor memainkan peran dari karya Shakespeare selama 30 tahun, ia tidak mengubah kata-kata di dalamnya; ia hanya mencoba menyampaikan kata-kata tersebut dengan lebih baik setiap waktu. Hal yang sama berlaku pada penjualan.

“Para amatir berharap. Para profesioanal bekerja.”

Ciamis Kiwari Tos 367 Taun

PROSES BERDIRINYA KABUPATEN CIAMS, DIAWALI DENGAN PENYUSUNAN SEJARAH GALUH, DIMAKSUDKAN UNTUK MENELUSURI DAN MENGKAJI SEJARAH GALUH SECARA MENYELURUH.

ADA DUA PENDAPAT TENTANG PROSES TERSEBUT YAITU :
1. Berdasarkan “TITIMANGSA RAHYANGTA DI MEDANGJATI”
YAITU BERDIRINYA KERAJAAN GALUH OLEH WRETIKKANDAYUN TANGGAL 23 MARET 612 M ATAU ZAMAN RAKEAN JAMRI YANG JUGA DISEBUT RAIYANG SANJAYA SEBELUM SANG MANARAH BERKUASA,
2. Berdasarkan TANGGAL DAN TAHUN DARI BEBERAPA PERISTIWA BERIKUT:
• DIGANTINYA NAMA KABUPATEN GALUH MENJADI KABUPATEN CIAMIS
OLEH BUPATI RD. TUMENGGUNG SASTRA WINATA PADA TAHUN 1916;
• PINDAHNYA PUSAT PEMERINTAHAN DARI IMBANAGARA KE CIBATU (CIAMIS) OLEH BUPATI RD. AA WIRADIKUSUMAH PADATANGGAL 15 JANUARI 1815;
• BERPINDAHNYA PUSAT KABUPATEN GALUH DARI GARATENGAH YANG LETAKNYA DI SEKITAR CINEAM (TASIKMALAYA) KE BARUNAY (IMBANAGARA) PADA TANGAL 12 JUNI 1642.

DAN HASIL AKHIRNYA MENYIMPULKAN BAHWA KABUPATEN CIAMIS BERDIRI PADA TANGGAL 12 JUNI 1642, YANG KEMUDIAN DIKUKUHKAN DENGAN SURAT KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CIAMIS TANGGAL 17 MEl 1972 NOMOR: 22/V/KPTS/DPRD/ 1972.

DENGAN KEPUTUSAN DPRD TERSEBUT, DIHARAPKAN TEKA -TEKI MENGENAI HARI JADI KABUPATEN CIAMIS TIDAK DIPERTENTANGKAN LAGI DAN JUGA DIHARAPKAN SELURUH MASYARAKAT MENGETAHUI, SEHINGGA AKAN LEBIH BERSEMANGAT UNTUK MEMBANGUN TATAR GALUH INI, SEJALAN DENGAN MOTO JUANG KABUPATEN CIAMIS, YAITU:

PAKENA GAWE RAHAVU PAKEUN HEUBEUL JAYA DINABUANA UNTUK MENGEJAR / MEWUJUDKAN MAHAYUNAN AYUNA KADATUAN.

KATA GALUH BERASAL DARI BAHASA SANSEKERTA, YANG BERARTI BATU PERMATA, KERAJAAN GALUH BERARTI KERAJAAN BATU PERMATA YANG INDAH GEMERLAPAN, SUBUR MAKMUR GEMAH RIPAH LOH JINAWI, AMAN TENTRAM KERTARAHARJA.

DARI SEJARAH TERUNGKAP BAHWA PENDIRI KERAJAAN GALUH ADALAH WRETIKKANDAYUN, IA ADALAH PUTRA BUNGSU DARI KANDIAWAN YANG MEMERINTAH KERAJAAN KENDAN SELAMA 15 TAHUN ( 597 — 612) YANG KEMUDIAN MENJADI PERTAPA DI LAYUNGWATANG (DAERAH KUNINGAN) DAN BERGELAR RAJAWESI DEWARAJA ATAU SANG LAYUNGWATANG.

WRETIKKANDAYUN BERKEDUDUKAN DI MEDANGJATI,TETAPI IA MENDIRIKAN PUSAT PEMERINTAHAN YANG BARU DAN DIBERI NAMA GALUH (YANG LOKASINYA KURANG LEBIH DI DESA KARANGKAMULYAN SEKARANG). IA DINOBATKAN PADA TANGGAL 14 SUKLAPAKSA BULAN CAITRA TAHUN 134 CAKA (KIRA - KIRA 23 MARET 612 MASEHI). TANGGAL TERSEBUT DIPILIHNYA BENAR — BENAR MENURUT TRADISI
TARUMANAGARA, KARENA TIDAK SAJA DILAKUKAN PADA HARI PURNAMA MELAINKAN JUGA PADA TANGGAL ITU MATAHARI TERBIT TEPAT DI TITIK TIMUR.

TUJUAN WRETIKKANDAYUN MEMBANGUN PUSAT PEMERINTAHAN DI DAERAH KARANGKAMULYAN (SEKARANG) ADALAH UNTUK MEMBEBASKAN DIRI DARI TARUMANAGARA, YANG SELAMA ITU MENJADI NEGARA “ADIKUASA”. OLEH KARENA ITU DEMI MEWUJUDKAN OBSESINYA IA MENJALIN HUBUNGAN BAlK DENGAN KERAJAAN KALINGGA DI JAWA TENGAH, BAHKAN PUTRA BUNGSUNYA MANDI MINYAK DI JODOHKAN DENGAN PARWATI PUTRI SULUNG MAHARANISSIMA.

KESEMPATAN. UNTUK MENJADI NEGARA YANG BERDAULAT PENUH, TERJADI PADA TAHUN 669 KETIKA LINGGAWARMAN (666 — 669) RAJA TARUMANAGARA YANG KE 12 WAFAT. IA DIGANTIKAN OLEH MENANTUNYA (SUAMI DWI MANASIH) BERNAMA TERUS BAWA YANG BERASAL DARI KERAJAAN SUNDA SUMBAWA.

TERUS BAWA INILAH YANG PADA SAAT PENOBATANNYA TANGGAL 9 SUKLAPAKSA BULAN YOSTA TAHUN 951 CAKA (KIRA — KIRA 17 MEI 669 MASEHI), IA MENGUBAH KERAJAAN TARUMANAGARA MENJADI NEGARA SUNDA.

MASA KERAJAAN GALUH BERAKHIR KIRA — KIRA TAHUN 1333 MASEHI KETIKA RAJA AJIGUNA LINGGA WISESA ATAU SANG DUMAHING KENDING (1333 — 1340) MULAI BERTAHTA DI KAWALI, SEDANGKAN KAKAKNYA PRABU CITRAGADA ATAU SANG DUMAHING TANJUNG BERTAHTA DI PAKUAN PAJAJARAN.

LINGGA WISESA ADALAH KAKEK MAHARAJA LINGGABUANA YANG GUGUR PADA PERANG BUBAT TAHUN 1357, YANG KEMUDIAN DIBERI GELAR PRABU WANGI.
IA GUGUR BERSAMA PUTRI SULUNGNYA CITRA RESMI ATAU DIAH PITALOKA.
DIAH PITALOKA MEMPUNYAI ADIK LAKI — LAKI YANG BERNAMA WASTU KANCANA DAN DIBERI UMUR PANJANG.

KETIKA PERANG BUBAT BERLANGSUNG, WASTU KANCANA BARU BERUSIA 9 TAHUN DIBAWAH BIMBINGAN PAMANNYA YAITU MANGKUBUMI SURADIPATI ALIAS SANG BUMI SORA ATAU BATARA GURU DI JAMPANG,
WASTU KANCANA BERKEMBANG MENJADI SEORANG CALON RAJA YANG SEIMBANG KELUHURAN BUDINYA LAHIR BATHIN, SEPETI TERSEBUT PADA WASIATNYA YANG TERTULIS PADA PRASASTI KAWALI YAITU:

“NEGARA AKAN JAYA DAN UNGGUL PERANG BILA RAKYAT BERADA DALAM KESEJAHTERAAN (KARETA BEBER).”
”RAJA HARUS SELALU BERBUAT KEBAJIKAN (PAKENA GAWE RAHAYU)”.

ITULAH SYARAT YANG MENURUT WASIATNYA UNTUK DAPAT PAKEUN HEUBEUL JAYA DINA BUANA, PAKEUNA NANJEUR NAJURITAN UNTUK MENUJU MAHAYUNAN AYUNA KADATUAN.

PADA MASA PEMERINTAHAN PRABU NISKALA WASTU KANCANA NEGARA DAN RAKYATNYA BERADA DALAM KEADAAN AMAN TENTERAM KERTARAHARJA, PARA ABDI DALEM PATUH DAN TAAT TERHADAP PERATURAN RATU YANG DILANDASI OLEH PURBASTITI DAN PURBAJATI.

WASTU KANCANA MEMPUNYAI DUA ORANG ISTERI, YAITU LARASATI (PUTERI RESI SUSUK LAMPUNG) DAN MAYANGSARI. PUTRA SULUNG DARI LARASATI YANG BERNAMA SANG HALIMUN DIANGKAT MENJADI PENGUASA KERAJAAN SUNDA BERKEDUDUKAN DI PAKUAN PAJAJARAN PADA TAHUN 1382.

DARI MAYANGSARI WASTU KANCANA MEMPUNYAI EMPAT ORANG PUTERA YAITU NINGRAT KENCANA, SURAWIJAYA, GEDENG SINDANGKASIH DAN GEDENG TAPA. NINGRAT KENCANA DIANGKAT MENJADI MANGKUBUMI DI KAWALI DENGAN GELAR SURAWISESA.

WASTU KANCANA WAFAT PADA TAHUN 1475 DAN DIGANTIAN OLEH NINGRAT KENCANA DENGAN GELAR PRABU DEWA NISKALA BERKEDUDUKAN DI KAWALI, YANG HANYA MENGUASAI KERAJAAN GALUH, KARENA KERAJAAN SUNDA DIKUASAI OLEH KAKAKNYA YAITU SANG HALIMUN YANG BERGELAR PRABU SUSUK TUNGGAL. DENGAN WAFATNYA WASTU KANCANA, MAKA BERAKHIRLAH PERIODE KAWALI YANG BERLANGSUNG SELAMA 142 TAHUN (1333 — 1475).

DALAM PERIODE TERSEBUT. KAWALI MENJADI PUSAT PEMERINTAHAN DAN KERATON SURAWISESA MENJADI PERSEMAYAMAN RAJA-RAJANYA TERLEBIH LAGI SRIBADUGA MAHARATU HAJI SEBAGAI PEWARIS TERAKHIR TAHTA KERAJAAN GALUH DARI AYAHNYA DEWA NISKALA YANG PUSAT KERAJAANYA DI KERATON SURAWISESA PINDAH KE PAKUAN PAJAJARAN (BOGOR SEKARANG) UNTUK MERANGKAP JABATAN MENJADI RAJA SUNDA YANG DIANUGERAHKAN DARI MERTUANYA, MAKA SEJAK ITU GALUH SUNDA BERSATU KEMBALI MENJADI PAKUAN PAJAJARAN DIBAWAH KEKUASAAN SRI BADUGA MAHARAJA RATU HAJI DI PAKUAN PAJAJARAN SRI SANG RATU DEWATA YANG KINI LAZIM DISEBUT PRABU SILIWANGI.

PENANGGALAN PADA ZAMAN KERAJAAN GALUH BIHARI NAMPAKNYA KURANG TEPAT BILA DIJADIKAN PENANGGALAN HARI JADI KABUPATEN CIAMIS, KARENA LUAS TERITORIALNYA SANGAT JAUH BERBEDA DENGAN KEADAAN KABUPATEN CIAMIS SEKARANG.

NAMA KERAJAAN GALUH BARU MUNCUL TAHUN 1595, YANG SEJAK ITU MULAI MASUK KEKUASAN MATARAM. ADAPUN BATAS-BATAS KEKUASAANNYA SEBAGA! BERIkUT ,:
-DI SEBELAH TIMUR, SUNGAI CITANDUY;
-DI SEBELAH BARAT, GALUNGGUNG SUKAPURA;
-DI SEBELAH UTARA, SUMEDANG DAN CIREBON;
-DI SEBELAH SELATAN, SAMUDERA HINDIA.

DAERAH - DAERAH MAJENANG, DAYEUH LUHUR DAN PAGADINGAN TERMASUK JUGA DAERAH GALUH MASA ITU ( MENURUT DR. F. DEHAAN) DAN TERNYATA DARI SEGI ADAT ISTIADAT DAN BAHASA MASIH BANYAK KESAMAAN DENGAN TATAR PASUNDAN TERUTAMA SEKALI DI DAERAH PEGUNUNGAN.

KERAJAAN GALUH PADA SAAT ITU TERBAGI MENJADI BEBERAPA PUSAT KEKUASAAN YANG DIPIMPIN OLEH RAJA - RAJA KECIL ( KANDAGA LANTE ), YANG KEMUDIAN DIANGGAP SEDERAJAT DENGAN BUPATI YANG ANTARA SATU DENGAN YANG LAINNYA MASIH MEMPUNYAI HUBUNGAN DARAH MEMPUNYAI PERKAWINAN. PUSAT—PUSAT KEKUASAAN TERSEBUT BERADA DI WILAYAH CIBATU, GARATENGAH, IMBANAGARA, PANJALU, KAWALI, UTAMA (CIANCANG), KERTABUMI (BOJONGLOPANG ) DAN KAWASEN (DESA BANJARSARI).

PENGARUH KEKUASAAN MATARAM SEDIKIT BANYAK MEWARNAI TATA CARA PEMERINTAHAN DAN BUDAYA KERAJAAN GALUH DARI TATA CARA BUHUN SEBELUMNYAI PADA ZAMAN ITU MULAI ADA PERGESERAN ANTARA BUPATI YANG SATU DENGAN BUPATI YANG LAINNYA,
SEPERTI ADIPATI PANAEKAN PUTRA PRABU GALUH CIPTA PERTAMANA DIANGKAT MENJADI BUPATI WEDANA (SEMACAM GUBERNUR ) DI GALUH OLEH SULTAN AGUNG.

PENGANGKATAN TERSEBUT MENYULUT PERSELISIHAN FAHAM ANTARA DIPATI PANAEKAN DENGAN ADIPATI KERTABUMI YANG BERAKHIR DENGAN TEWASNYA ADIPATI PANAEKAN. JENAZAHNYA DIHANYUTKAN KE SUNGAI CITANDUY DAN DIMAKAMKAN DI PASAREAN KARANGKAMULYAN.

SEBAGAI PENGGANTINYA DITUNJUK ADIPATI IMBANAGARA YANG PADA WAKTU ITU BERKEDUDUKAN DI GARATENGAH (CINEAM - TASIKMALAYA).

USAHA SULTAN AGUNG UNTUK MELENYAPKAN KEKUASAAN VOC DI BATAVIA PADA PENYERANGAN PERTAMA MENDAPAT DUKUNGAN PENUH DARI ADIPATI UKUR, WALAUPUN PADA PENYERANGAN ITU GAGAL.

PADA PENYERANGAN KEDUA KE BATAVIA, DIPATI UKUR MEMPERGUNAKAN KESEMPATAN TERSEBUT UNTUK MEMBEBASKAN DAERAH UKUR DAN SEKITARNYA DARI PENGARUH KEKUASAAN MATARAM. POLITIK DIPATI UKUR TERSEBUT HARUS DIBAYAR MAHAL , YAITU DENGAN TERBUNUHNYA DIPATI IMBANAGARA ( YANG DIANGGAP TIDAK SETIA LAGI KEPADA MATARAM ) OLEH UTUSAN MATARAM YANG DIPENGGAL KEPALANYA DAN DIBAWA KE MATARAM SEBAGA! BARANG BUKTI. SEDANGKAN BADANNYA DIMAKAMKAN DI BOLENGLANG (KERTASARI). TETAPI KEPALA DIPATI IMBANAGARA DAPAT DIREBUT LAGI OLEH PARA PENGIKUTNYA WALAUPUN TERJATUH DI SUNGAT CITANDUY, YANG KEMUDIAN TEMPAT JATUHNYA DISEBUT LEUWI PANTEN.

KEDUDUKAN DIPATI IMBANAGARA SELANJUTNYA DIGANTIKAN OLEH PUTERANYA YANG BERNAMA MAS BONGSAR ATAU RADEN YOGASWARA DAN ATAS JASA-JASANYA DIANUGERAHI GELAR RADEN ADIPATI PANJI JAYANEGARA.

PADA MASA PEMERINTAHAN RADEN ADIPATI PANJI JAYANEGARA, PUSAT KEKUASAAN PEMERINTAHAN DIPINDAHKAN DARI GARATENGAH KE CALINGGING YANG KEMUDIAN DIPINDAHKAN LAG! KE BARUNAY ( IMBANAGARA SEKARANG ), PADA TANGGAL 14 MAULUD ATAU PADA TANGGAL 12 JUNI 1642 M.

PERPINDAHAN PUSAT KABUPATEN GALUH DARI GARATENGAH KE IMBANAGARA, MEMPUNYAI ARTI PENTING DAN MAKNA YANG SANGAT DALAM BAGI PERKEMBANGAN KABUPATEN GALUH BERIKUTNYA DAN MERUPAKAN ERA BARU PEMERINTAHAN GALUH MENUJU TERWUJUDNYA KABUPATEN CIAMIS DIKEMUDIAN HARI, KARENA :

a) PERISTIWA TERSEBUT MEMBAWA AKIBAT YANG POSITIF TERHADAP PERKEMBANGAN PEMERINTAHAN MAUPUN KEHIDUPAN MASYARAKAT KABUPATEN GALUH YANG MEMPUNYAI BATAS TERITORIAL YANG PASTI DAN TERBENTUKNYA SENTRALISASI PEMERINTAHAN
b)
PERUBAHAN TERSEBUT MEMPUNYAI UNSUR PERJUANGAN DARI PEMEGANG PIMPINAN KEKUASAAN TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYATNYA DAN ADANYA USAHA MEMERDEKAKAN KEBEBASAN RAKYATNYA DARI KEKUASAAN PENJAJAH.
c)
KABUPATEN GALUH DIBAWAH PEMERINTAHAN BUPATI RD. ADIPATI ARYA PANJI JAYANEGARA MAMPU MENYATUKAN WILAYAH GALUH YANG MERDEKA DAN BERDAULAT TANPA KEKERASAN.
d)
ADANYA PENGAKUAN TERHADAP KEKUASAAN MATARAM DARI KABUPATEN GALUH SEMATA-MATA DALAM UPAYA MEMERANGI PENJAJAH (VOC) DAN HIDUP BERDAMPINGAN SECARA DAMAI.
e)
SEJARAH PERKEMBANGAN KABUPATEN GALUH TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DARI SEJARAH TERBENTUKNYA KABUPATEN CIAMIS ITU SENDIRI. DIRUBAHNYA NAMA KABUPATEN GALUH MENJADI KABUPATEN CIAMIS PADA TAHUN 1916 OLEH BUPATI RD. TUMENGGUNG SATRAWINATA (BUPATI KE 18) SAMPA! SEKARANG BELUM TERUNGKAP ALASANNYA MERUPAKAN FAKTA SEJARAH YANG TIDAK BISA DIPUNGKIRI DAN DIHINDARI.

ATAS PERTIMBANGAN ITULAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II CIAMIS DALAM SIDANG PARIPURNA KHUSUS TANGGAL 17 MEl 1972 DENGAN SURAT KEPUTUSANNYA, SEPAKAT UNTUK MENETAPKAN TANGGAL 12 JUNI 1642 SEBAGAI HARI JADI KABUPATEN CIAMIS.

DEMIKIANLAH SEKILAS PINTAS SEJARAH HARI JADI KABUPATEN CIAMIS YANG KITA BANGGAKAN DAN KITA CINTAI MUDAH MUDAHAN “KOMARA” GALUH CIAMIS TERUS CEMERLANG DAN MAKIN GEMERLAP OLEH KELUHURAN BUDI MASYARAKAT DAN APARATUR PEMERINTAHNYA.


Sumber : Departemen Dalam Negeri http://www.depdagri.go.id/konten.php/detail_kabupaten/Kab.Ciamis



Tahukan Anda ....?
Logo kabupaten Ciamis adalah sebuah Perisai Bersudut Empat yang artinya :
Sudut tengah atas melambangkan "harus ada pemimpin yang berkewibawaan".
Kedua sudut kiri dan kanan yang sama tinggal letaknya, melambangkan "cita-cita daerah ialah adil dan makmur".
Ketiga sudut bagian atas melambangkan syarat minimum kesejahteraan masyarakat yaitu: sandang pangan yang cukup, keamanan dan keinsyafan/kepercayaan.
Keempat sudut perisai, melambangkan syarat untuk tercapainya kemakmuran menurut leluhur bangsa Indonesia ialah : setia kepada pemimpin meniadakan musuh-musuh, bertindak adil menurut hukum yang berlaku, waspada setiap saat demi keselamatan daerah dan negara.
Di dalam perisai tersebut terdapat lukisan-lukisan
Pohon kelapa melambangkan penghasilan daerah Ciamis yang terutama disamping padi.
Gunung Sawal melambangkan mengenangkan para leluhur Ciamis.
Bidang Kuning Mas mendatar melambangkan daerah padi.
Bidang putih bergerigi, melambangkan benteng pertahanan.
Bidang putih mendatar berisi gubahan rumput, melambangkan rawa.
Lengkung-lengkung putih, melambangkan laut dan sungai.
Bundaran kuning mas yang menyerupai payung yang terkembang, melambangkan kerajinan tangan, seni budaya kekal (langgeng) ketekunan.
Pada bagian bawah perisai terdapat sebuah kalimat "Mahayunan Ayuna Kadatuan" yang berarti menghadapi pembangunan kebahagian daerah.
Arti warna-warni :

Ungu : Kekayaan budhi
Kuning : Kekayaan duniawi, cahaya kelegaan
Hijau : Damai, subur
Putih : Suci, bersih
Hitam : Tegas, kuat

Rabu, 01 April 2009

Sejarah Kerajaan Galuh Ciamis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari
Sungai Citarum menjadi pembatas antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

Kerajaan Galuh adalah suatu kerajaan Sunda di pulau Jawa, yang wilayahnya terletak antara Sungai Citarum di sebelah barat dan Sungai Cipamali di sebelah timur. Kerajaan ini adalah penerus dari kerajaan Kendan, bawahan Tarumanagara.

Sejarah mengenai Kerajaan Galuh ada pada naskah kuno Carita Parahiyangan, suatu naskah berbahasa Sunda yang ditulis pada awal abad ke-16. Dalam naskah tersebut, ceritera mengenai Kerajaan Galuh dimulai waktu Rahiyangta ri Medangjati yang menjadi raja resi selama lima belas tahun. Selanjutnya, kekuasaan ini diwariskan kepada putranya di Galuh yaitu Sang Wretikandayun.

Saat Linggawarman, raja Tarumanagara yang berkuasa dari tahun 666 meninggal dunia di tahun 669, kekuasaan Tarumanagara jatuh ke Tarusbawa, menantunya dari Sundapura, salah satu wilayah di bawah Tarumanagara. Karena Tarubawa memindahkan kekuasaan Tarumanagara ke Sundapura, pihak Galuh, dipimpin oleh Wretikandayun (berkuasa dari tahun 612), memilih untuk berdiri sebagai kerajaan mandiri. Adapun untuk berbagi wilayah, Galuh dan Sunda sepakat menjadikan Sungai Citarum sebagai batasnya.

Kerajaan kembar

Wretikandayun punya tiga anak lelaki: Rahiyang Sempakwaja (menjadi resiguru di Galunggung), Rahiyang Kidul (jadi resi di Denuh), dan Rahiyang Mandiminyak. Setelah menguasai Galuh selama sembilan puluh tahun (612-702), Wretikandayun diganti oleh Rahiyang Mandiminyak, putra bungsunya, sebab kedua kakaknya menjadi resiguru.

Dari Nay Pwahaci Rababu, Sempakwaja mempunyai dua anak: Demunawan dan Purbasora. Akibat tergoda oleh kecantikan iparnya, Mandiminyak sampai terseret ke perbuatan nista, sampai melahirkan Sena (atau Sang Salah). Sedangkan dari istrinya, Dewi Parwati, putra dari Ratu Sima dan Raja Kartikeyasingha, Mandiminyak mempunyai putra perempuan yang bernama Sannaha. Sannaha dan Sena lantas menikah, dan mempunyai putra yang bernama Rakryan Jambri (atau disebut Sanjaya).

Kakuasaan Galuh yang diwariskan pada Mandiminyak (702-709), kemudian diteruskan oleh Sena. Karena merasa punya hak mahkota dari Sempakwaja, Demunawan dan Purbasora merebut kekuasaan Galuh dari Sena (tahun 716). Akibat terusir, Sena dan keluarganya lantas mengungsi ke Marapi di sebelah timur, dan menikah dengan Dewi Citrakirana, putra dari Sang Resi Padmahariwangsa, raja Indraprahasta.


[sunting] Kabupaten Galuh Ciamis, kejayaan zaman Kangjeng Prebu

Kangjeng Prebu sebagai Bupati Galuh yang keenambelas ini paling ternama. Ia mempunyai ilmu yang tinggi dan merupakan bupati pertama di wilayah itu yang bisa membaca huruf latin. Memerintah dengan adil disertai dengan kecintaannya pada rakyat. Empat puluh tujuh tahun lamanya Raden Adipati Aria Kusumadiningrat memimpin Galuh Ciamis (1839-1886).

Pemerintah kolonial saat itu sedang menjalankan Tanam Paksa. Sebetulnya di tatar Priangan sejak tahun 1677 sudah dilaksanakan juga apa yang disebut Preangerstelsel atau sistim Priangan yang berkaitan dengan komoditi kopi. Sampai sekarang terabadikan dalam lagu yang berurai air mata yang bunyinya "Dengkleung dengdek, buah kopi raranggeuyan. Ingkeun saderek, ulah rek dihareureuyan", gambaran seorang wanita yang sedih berkepanjangan karena ditinggal pujaan hati bekerja dalam tanam paksa. Dari Preangerstelsel, di tempat lain dimekarkan menjadi Culturstelsel. Jelas di Kabupaten Galuh ini bukan cuma komoditi kopi yang dipaksa harus ditanam olah rakyat, tapi juga nila. Proyek nila ini menimbulkan insiden Van Pabst yang menyebabkan Bupati Ibanagara dicopot dari jabatannya.

Mulai Berkebun Kelapa

Tentu saja Kangjeng Prebu bersedih hati dan prihatin menyaksikan rakyatnya dipaksa harus menanam kopi dan nila, sementara hasilnya diambil oleh Belanda. Rakyat hanya kebagian mandi keringatnya, cuma kebagian repotnya saja, meninggalkan anak, isteri, dan keluarga, sehari-hari hanya mengurus kebun kopi dan teh. Di zaman tanam paksa kopi inilah saat kelahiran tembang sedih Dengkleung Dengdek. Tertulis dalam majalah Mangle, almarhum Kang Pepe Syafe'i R. A. diminta berceritera saat bersantai di perkebunan Sineumbra di Bandung selatan. Saat itu administratur Mangle adalah Max Salhuteru yang penuh perhatian pada kehidupan budaya tradisional Sunda. Pepe Syafe'i didaulat untuk menceriterakan sejarah lahirnya tembang dramatis Deungkleung Dengdek oleh administratur itu.

Kangjeng Prebu sendiri menangis dalam hati, tidak tega menyaksikan rakyat tersiksa oleh pemerintah kolonial. Untuk mengurangi nestapa rakyat, agar selama bekerja tanam paksa tidak sampai perasaan kehilangan kerabat itu mengharu biru setiap waktu, dilakukanlah pembangunan berupa pembuatan beberapa saluran air dan bendungan, yang sekarang disebut saluran tersier dan sekunder termasuk dam yang kokoh. Sampai kini masih ada saluran air Garawangi yang dibangun tahun 1839, Cikatomas tahun 1842, Tanjungmanggu yang lebih terkenal dengan sebutan Nagawiru (berarti Naga biru) dibangun tahun 1843, dan saluran air Wangunreja tahun 1862.

Selanjutnya bupati yang kaya akan ilmu pengetahuan dan tidak bisa tidur sebelum berbakti pada rakyat itu membuka lahan persawahan baru dan kebun kelapa di berbagai tempat. Malah untuk sosialisasi kelapa, setiap pengantin lelaki saat seserahan diwajibkan untuk membawa tunas kelapa, yang selanjutnya harus ditanam di halaman rumah tempat mereka mengawali perjalanan bahtera rumah tangga.

Dari zaman Kangjeng Prebu, perkebunan kelapa di Galuh Ciamis menjadi sangat subur, dengan produksinya yang menumpuk (ngahunyud) di setiap pelosok kampung. Dalam waktu tak terlalu lama, Ciamis tersohor menjadi gudang kelapa paling makmur di Priangan timur. Banyak pabrik minyak kelapa didirikan oleh para pengusaha, terutama Cina. Yang paling tersohor adalah Gwan Hien, yang oleh lidah orang Galuh menjadi Guanhin. Lalu pabrik Haoe Yen dan pabrik di Pawarang yang terkenal disebut Olpado (Olvado). Olpado ini musnah tertimpa bom saat Galuh dibombadir oleh Belanda. Guanhin juga tinggal nama, demikian juga yang lainnya. Saat ini, minyak kelapa terdesak oleh minyak kelapa sawit dan minyak goreng jenis lainnya.

Sekolah Sunda

Dari tahun 1853 Kangjeng Prebu tinggal di keraton Selagangga yang dibuat dari kayu Jati yang kokoh. Luas lahan tempat keraton itu berdiri adalah satu hektar, dengan kolam ikan, air mancur, dan bunga-bunga di pinggirnya. Di bagian lain dari keraton, ada kaputren, tempat para putri Bupati. Di komplek keraton juga ada mesjid. Tahun 1872 di komplek keraton ini dibangun Jambansari dan pemakaman keluarga Bupati. Di sebelah timur pemakaman ada situ yang sangat dikeramatkan. Dulu tidak ada yang berani melanggarnya, orang Galuh percaya air situ itu mengandung khasiat seperti yang dituliskan oleh Kangjeng Prebu dalam guguritan yang dibuatnya, "Jamban tinakdir Yang Agung, caina tamba panyakit, amal jariah kaula, bupati Galuh Ciamis, Aria Kusumahdiningrat, medali mas pajeng kuning." Artinya kurang lebih, "Jamban takdir dari Yang Agung, airnya penyembuh penyakit, amal jariah saya, bupati Galuh Ciamis, Aria Kusumahdiningrat, medali mas pajeng kuning."

Menurut para menak Galuh zaman sekarang, terutama keturunan Kangjeng Prebu, zaman dulu guguritan yang disusun dalam pupuh Kinanti ini suka dinyanyikan oleh anak-anak sekolah rakyat. Selain bangunan untuk kepentingan keluarga Bupati, Kanjeng Prebu juga membangun gedung-gedung pemerintahan dan sarana lainnya. Antara tahun 1859 sampai 1877 pembangunan berlangsung tanpa henti. Diawali dengan dibangunnya gedung pemerintahan kabupaten yang megah, tepatnya di gedung DPRD sekarang, menghadap utara. Lantas gedung untuk Asisten Residen, yang sekarang menjadi gedung negara atau gedung kabupaten, sekaligus tempat tinggal Bupati sekeluarga. Bangunan lainnya adalah markas militer, rumah pemasyarakatan, mesjid agung, gedung kantor telepon.

Tampaknya Kangjeng Prebu sama sekali tidak melupakan satu pun kepentingan masyarakat. Pendidikan diutamakan oleh Bupati yang mahir berbahasa Perancis ini. Untuk pendidikan putera-puteranya dan kadang keluarga Bupati, sengaja dipanggil guru Belanda J.A.Uikens dan J. Blandergroen ke kantor kabupaten untuk mengajarkan membaca dan berbicara bahasa Belanda. Tahun 1862, Kangjeng Dalem mendirikan Sekolah Sunda. Tahun 1874, Sekolah Sunda yang kedua berdiri di Kawali. Sekolah-sekolah ini merupakan sekolah pertama di Tatar Sunda.

Dalam upaya menyebarkan agama Islam, Kangjeng Prebu mempunyai cara-cara tersendiri. Terutama dalam upaya menghilangkan kepercayaan sebagian masyarakat yang masih menyimpan sesembahan berupa arca batu setinggi manusia. Kangjeng Prebu sengaja suka mengadakan silaturahmi dan pengajian dengan mengajak serta masyarakat.

Dalam kumpulan seperti itulah ia mengajak rakyatnya supaya mereka setiap akan pergi ke pengajian dan perkumpulan, membawa arca yang ada di rumahnya masing-masing. "Kita satukan dengan arca kepunyaan saya," katanya. Rakyat setuju saja diminta membawa arca seperti itu dan dengan jujur mengakui bahwa di rumahnya memiliki arca. Dengan demikian, tanpa memakan waktu yang lama, sudah tidak ada lagi arca yang disimpan di rumah-rumah rakyat. Masyarakat beribadah dengan sungguh-sungguh memuji keagungan Alloh. Islam mekar memancar seputaran Galuh. Sementara arca-arca yang dikumpulkan rakyat, ditumpuk begitu saja di Jambansari. Sekelilingnya ditanami pepohonan yang rimbun. Itu sebabnya sampai sekarang banyak arca di pemakaman Kangjeng Prebu di Selagangga.

Kangjeng Prebu merupakan Bupati pertama di Tatar Sunda yang bisa membaca aksara latin, juga mempunyai ilmu kebatinan yang tinggi. Menurut ceritera yang berkembang di masyarakat Galuh Ciamis, Kangjeng Prebu juga menguasai makhluk gaib yang di Ciamis terkenal disebut onom. Tahun 1861, jalan kereta api akan dibuka untuk melancarkan hubungan antar warga, dari Tasikmalaya ke Manonjaya, Cimaragas, Banjar, terus sampai Yogyakarta. Kangjeng Prebu segera mengajukan permohonan, supaya jalan kereta api bisa melewati kota Galuh, pusat kabupaten, dan bukannya melewati Cimaragas - Manonjaya. Biaya pembuatannya memang jadi membengkak sebab perlu dibuat jembatan yang panjang di Cirahong dan Karangpucung. Tetapi akhirnya Belanda menerima permohonan itu. Walaupun stasiun yang dibangun Belanda kini sudah tua, tapi Ciamis sampai kini dilewati jalan kereta api, diantaranya kereta api Galuh.

Tahun 1886 Kangjeng Prebu lengser kaprabon, jabatannya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Adipati Aria Kusumasubrata. Tapi walaupun sudah pensiun, Kangjeng Prebu tidak hanya mengaso sambil ongkang-ongkang kaki di kursi goyang. Ia masih terus berbenah dan membangun Galuh Ciamis. Masih di zamannya berkuasa, Undang-undang Agraria mulai dipakai, tepatnya tahun 1870. Oleh sebab itu, di Galuh Ciamis banyak perkebunan swasta, diantaranya Lemah Neundeut, Bangkelung, Gunung Bitung, Panawangan, Damarcaang, dan Sindangrasa.

Tahun 1915 Kabupaten Galuh secara resmi masuk ke Karesidenan Priangan, dan sebutannya menjadi Kabupaten Ciamis. Tanggal 1 Januari 1926 Pulau Jawa dibagi menjadi tiga provinsi, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jawa Barat dibagi menjadi lima karesidenan, 18 Kabupaten dan enam kotapraja. Ciamis selanjutnya masuk ke Karesidenan Priangan Timur.

Di lokasi keraton Selagangga, Kangjeng Prebu juga membuat mesjid megah. Orang yang dipercayai untuk mengurus dan menghidupkannya adalah Haji Abdul Karim. Untuk pemekaran agama Islam, Bupati Galuh memerintahkan para Kepala Desa supaya di tiap desanya didirikan mesjid, selain untuk ibadah secara umum, juga untuk anak-anak dan remaja belajar mengaji dan ilmu agama. Pendeknya untuk membangun mental spiritual masyarakat. Masjid Selagangga sangat ramai dikunjungi para remaja.

Peninggalan Kangjeng Prabu

Namun kini yang ada hanya tinggal makam keluarga dan Jambansari yang tinggal secuil. Situ yang dulu ada di sebelah barat telah tiada bekasnya barang sedikitpun. Padahal dulu ada dua situ, di sebelah barat dan timur. Sekarang sudah berubah menjadi perkampungan. Tanah yang dulu menjadi milik anak dan cucu Christiaan Snouck Hurgronje, sebelah timur tapal batas dengan Jambansari, kini juga sudah menjadi perkampungan.

Pemakaman Kangjeng Prebu sampai sekarang masih diurus dan dipelihara oleh Yayasan yang dipimpin oleh Toyo Djayakusuma. Sementara waktu ke belakang, sempat terlantar kurang terurus karena tiadanya biaya. Jambansari hampir hilang terkubur ilalang. Maka didatangilah rumah keluarga Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia di Jakarta yang saat itu dijabat Ir. Radinal Muchtar. Oleh keluarga itu kemudian dilakukan pembenahan dan perbaikan serta diangkat lagi martabatnya. Kebetulan isteri dari Radinal masih menak Galuh Ciamis, keturunan Kangjeng Prebu. Jadi masih merasa perlu bertanggungjawab untuk memelihara pemakanam dan komplek Jambansari yang oleh rakyat Galuh sangat dimulyakan.

Ada yang sedikit menggores ke dalam rasa dari orang Galuh Ciamis, terutama yang bertempat tinggal di Jalan Selagangga, seputaran komplek pemakanan dan Jambansari, yaitu saat Jalan Selagangga diganti namanya menjadi Jalan K.H. Ahmad Dahlan mengikuti nama pimpinan Nahdlatul Ulama. Oleh sebab itu orang Galuh tetap menyebutnya Selagangga, sebab di situ ada peninggalan Kangjeng Prebu yang dirasa telah besar jasanya dalam sejarah Galuh Ciamis. Tanpa mengurangi rasa hormat pada Ahmad Dahlan, mereka meminta bupati untuk mengembalikan nama Jalan Selagangga untuk mengenang Kanjeng Prebu yang memiliki keraton di tempat itu, memimpin Galuh dari sana, bahkan dimakamkannya juga di pemakaman Sirnayasa (Jambansari) Selagangga. Mereka merasa tak melihat adanya alasan yang bisa diterima bila Jalan Selagangga harus berganti nama.

Peninggalah Kerajaan Galuh

Keberadaan Kerajaan Galuh diketahui melalui sumber-sumber sejarah baik yang berupa prasasti, candi maupun artefak lainnya.

Candi Cangkuang, salah satu warisan dari Kerajaan Galuh

Prasasti dari masa Kerajaan Galuh

Kepurbakalaan peninggalan Kerajaan Galuh

No. Kawasan Situs Artefak Koordinat
1. Sumedang Gunung Tampomas (Cimalaka) Teras berundak 108°05’BT, 06°47’LS, ±1020m dpl



Batu Kukus



Pabeasan


Astanagede (Darmaraja) Teras Berundak 108°05’BT, 06°53’LS, ±230m dpl



Embah Jalul



Lembu Agung



Dalem Demang


Astana Cipeueut (Darmaraja) Teras berundak 108°05’BT, 06°53’LS, ±230m dpl
2. Garut Cangkuan (Pulo-Leles) Struktur bangunan 107°55’BT, 07°06’LS, ±704m dpl



arca Nandi, Siwa,



Siwaguru



Neolitik



Megalitik


Ranca Gabus (Cibeureum) Teras Berundak (di 8 bukit) 107°57’BT, 07°07’LS, ±702m dpl



Pasir Lulumpang (13 teras)



Pasir Kiarapayung (10 teras)



Pasir Tengah (15 teras)



Pasir Kolecer (13 teras)



Pasir Astaria (19 teras)



Pasir Luhur (15 teras)



Pasir Gintung (12 teras)



Pasir Tunjung (19 teras)
3. Tasik Malaya Indihiyang struktur bangunan 108°12’BT, 07°11’LS, ±420m dpl



Sisa fondasi



Lingga-yoni



Lumpang, umpak



Batu
4. Ciamis Batu Kalde (Pangandaran) struktur bangunan 108°39’BT, 07°34’LS, ±03m dpl


Kanduruan (Batulawang-Banjar) serakan batu 108°32’ BT, 07°24’LS, ±43m dpl



Menhir



Stone-Cist


Kalipucang struktur batu 108°45’BT, 07°39’LS, ±50m dpl



Arca yoni, Nandi



Lingga


Ronggeng struktur bangunan 108°29’BT, 07°24’LS, ±98m dpl



Lingga, Yoni, Nandi


Karang Kamulyan (Cisaga) Batu Pangcalikan 108°29’BT, 07°21’LS, ±40m dpl



Sanghiyang Bedil



Panyambungan Hayam



Lamban Peribadatan



Cikahuripan



Panyandaan



Sri Bagawat Pohaci



Pamangkonan



Makam Adipati Panaekan


Gunung Padang (Cikoneng) Teras berundak (5 teras) 108°16’BT, 07°17’LS, ±430m dpl



Mata air


Kawali (Kawali) Teras berundak (5 teras) 108°23’BT, 07°11’LS, ±415m dpl



Prasasti batu (6 prasasti)



Batu Tapak



Batu Pangeunteungan



Batu Panyandaan



Batu Panyandungan



Sejumla besar menhir



Kerakal andesit
5. Kuningan (Ciniru) Sukasari Lapik persegi 108°30' BT, 07° 03' LS, ± 310 m dpl



Yoni,Lumpang


Susukan (Ciawigebang) Lapik persegi 108°34'BT, 06° 57' LS, ± 303 m dpl



Yoni, meja batu (?)


Ciarca (Darma) serakan batu 108° 25' BT, 06° 58' LS, ± 945 m dpl



Lapik, Yoni



menhir


Hululingga Teras berundak 108° 25' BT, 06° 58' LS, ± 945 m dpl


Rujukan

  • Aca. 1968. Carita Parahiyangan: naskah titilar karuhun urang Sunda abad ka-16 Maséhi. Yayasan Kabudayaan Nusalarang, Bandung.
  • Ayatrohaedi. 2005. Sundakala: cuplikan sejarah Sunda berdasarkan naskah-naskah "Panitia Wangsakerta" dari Cirebon. Pustaka Jaya, Jakarta.
  • Edi S. Ekajati. 2005. Polemik Naskah Pangeran Wangsakerta. Pustaka Jaya, Jakarta. ISBN 979-419-329-1
  1. Richadiana Kartakusuma (1991), Anekaragam Bahasa Prasastidi Jawa Barat Pada Abad Ke-5 Masehi sampai Ke-16 Masehi: Suatu Kajian Tentang Munculnya Bahasa Sunda. Tesis (yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Arkeologi). Fakultas Pasca Sarjana Universitas Indonesia.
  • Yoséph Iskandar. 1997. Sejarah Jawa Barat: yuganing rajakawasa. Geger Sunten, Bandung.

Sabtu, 28 Maret 2009


Rabu, 25 Maret 2009

Sekapur sirih

Atas dasar tanggungjawab di hadapan Alloh SWT yang Maha Esa telah menurunkan amanat kepada umat manusia untuk menegakan kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka terangkumlah segenap cita, rasa dan karsa untuk melangkahkan kaki mewujudkan nilai – nilai mulia mengemban amanat Ilahi yang Maha Suci.

Nilai – nilai mulia itu menjadi landasan moral dalam mengangkat harkat kemanusiaan sehingga dapat mewujudkan tatanan yang berkeadilan dalam memakmurkan alam semesta. Wujud harkat kemanusiaan itu lahir dalam bentuk peradaban yang tinggi. Namun sejarah telah mencatat adanya penyimpangan ketika peradaban dilihat hanya dari sudut material, walaupun telah mendorong kemajuan untuk mencapai tingkat hidup masyarakat yang sejahtera, akan tetapi juga melahirkan ketimpangan moral dimana kesejahteraan sebagian masyarakat diperoleh dari pengorbanan sebagian masyarakat lainnya.

Oleh karena itu, penyalahgunaan kekuasaan yang menindas dan membelenggu nilai – nilai kebenaran dan keadilan, yang melahirkan sistem yang dikendalikan oleh semangat keserakahan, kediktatoran dan kelaliman mesti segera kita akhiri dengan memulai membangun dan menerapkan sistem yang berdasarkan pada nilai – nilai kejujuran, keterbukaan, kehormatan serta semangat pengorbanan.

Sebagai wujud kesadaran atas pertanggungjawaban sejarah dan kemanusiaan, maka dikembangkanlah upaya untuk mewujudkan tatanan kehidupan pribadi dan masyarakat, jasmani dan rohani, spiritual dan material, kebebasan dan ketertiban sehingga tercapai tatanan baru masyarakat madani yang dilandasi moral agama yang bersumber dari Iman dan Taqwa menciptakan Ciamis maju berpotensi yang kondusif, Manis Manjing Dinamis.

Dengan menyebut nama Alloh SWT yang Maha Esa maka dengan segenap kekuatan yang terus menerus berjuang dalam meletakan dasar pembaharuan tata kehidupan bangsa yang lebih baik bagi seluruh anggota masyarakat, dengan ini berdiri dengan hati bersih, keluhuran jiwa, semangat membangun dengan kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas melalui kekuatan Nurani dan Keluhuran Jiwa yang ingin memperjuangkan kedaulatan rakyat, demokrasi, kemajuan dan keadilan sosial terlahir “Kaum Sukwan Tandang Makalangan” sebagai jembatan pemegang amanat masyarakat di Tatar Galuh.

Minggu, 22 Maret 2009


Tono Tarsono

Mengenai Saya

Gegap gempita tuntutan reformasi disegala bidang ternyata belum mampu menyentuh keberadaan Tenaga Sukwan baik aspek moril maupun materil, sehingga nasib keberlangsungan eksistensi lembaga yang selama ini terbangun oleh tenaga sukwan sebagai tulang punggung nyaris terancam Untuk melanjutkan estafet perjuangan para pendahulu, menghimpun segala potensi, mengorganisir dengan sistem modern, membangun profesionalisme dan kredibiltas tenaga sukwan maka terbentuklah Komunitas Tenaga Sukwan Indonesia (KTSI)